Saya berencana ingin membuat aplikasi yang bisa membantu agen perjalanan (travel) dalam menentukan jarak tempuh terdekat ke daerah tujuan, sehingga bisa menghemat biaya perjalanan. Tapi aplikasi saya ini sementara hanya untuk wilayah jawa timur.

Ketika user ingin menggunakan aplikasi ini user di haruskan memasukkan data kota asal dan kota tujuan. Setelah itu dilayar akan muncul jalur terdekat menuju kota tujuan.

Dalam pembuatan tugas ini saya akan bekerjasama dengan Mariyani.

Seorang peneliti yang menganalisis data numerik senantiasa berkepentingan dengan sifat dasar skala yang digunakan untuk pengukuran-pengukuran. Pengukuran yang diberikan sebagai pemberian angka-angka terhadap benda-benda atau peristiwaperistiwa diatur menurut kaidah-kaidah tertentu, dan menunjukkan bahwa kaidahkaidah yang berbeda menghendaki skala-skala serta pengukuran-pengukuran yang berbeda pula. Skala pengukuran ini dibagi menjadi empat macam, yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala ratio.

Skala Nominal
Skala Nominal merupakan skala yang paling lemah/rendah di antara keempat skala pengukuran. Sesuai dengan nama atau sebutannya, skala nominal hanya bisa membedakan benda atau peristiwa yang satu dengan yang lainnya berdasarkan nama (predikat). Sebagai contoh, klasifikasi barang yang dihasilkan pada suatu proses produksi dengan predikat cacat atau tidak cacat. Atau, bayi yang baru lahir bisa laki-laki atau perempuan. Tidak jarang digunakan nomor-nomor yang dipilih sekehendak ahti sebagai pengganti nama-nama atau sebutan-sebutan, untuk membedakan benda-benda atau peristiwa-peristiwa berdasarkan beberapa karakteristik. Sebagao contoh, dapat digunakan nomor 1 untuk menyebut kelompok barang yang cacat dari suatu proses produksi dan nomor 0 untuk menyebut kelompok barang yang tidak cacat dari suatu proses produksi. Skala nominal biasanya juga digunakan bila peneliti berminat terhadap jumlah benda atau peristiwa yang termasuk ke dalam masing-masing kategori nominal. Data semacam ini sering disebut data hitung (count data) atau data frekuensi.

Skala Ordinal
Skala Ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal. Pada skala ini sudah dapat membeda-bedakan benda atau peristiwa yang satu dengan yang lain yang diukur dengan skala ordinal berdasarkan jumlah relatif beberapa karakteristik tertentu yang dimiliki oleh masing-masing benda atau peristiwa. Pengukuran ordinal memungkinkan segala suatu sesuatu disusun menurut peringkatnya masing-masing. Sebagai contoh, pada tenaga penjualan bisa diperingkat dari yang “paling buruk” sampai yang “paling buruk” berdasarkan kepribadian mereka. Atau, pada para peserta kontes kecantikan dpat diperingkat dari yang “paling kurang cantik” sampai yang “paling cantik”. Jika ingin bermaksud memeringkat n buah benda berdasarkan suatu ciri tertentu, boleh ditetapkan nomor 1 untuk benda yang ciri tertentunya paling kurang, nomor 2 untuk benda yang ciri tertentunya kedua paling kurang, dan seterusnya hingga nomor n, untuk benda kadar ciri tertentu yang paling tinggi. Sebagai contoh, para peserta lomba lari dapat diberi peringkat 1, 2, 3, …, berdasarkan urut-urutan waktu yang diperlukan untuk mencapai garis finis. Data semacam ini sering disebut data peringkat (rank data).

Skala Interval
Skala Interval ini lebih tinggi daripada skala ordinal. Apabila benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang diselidiki dapat dibeda-bedakan antara yang satu dan lainnya kemudian diurutkan, dan bilamana perbedaan-perbedaan antara peringkat yang satu dan lainnya mempunyai arti (yakni, bila satuan pengukurannya tetap), maka skala interval dapat diterapkan. Skala interval memiliki sebuah titik nol, tetapi titik nol ini bisa dipilih secara sembarang, artinya bahwa titik nol tidak selalu bernilai nol. Sebagai contoh, pengukuran interval pada pengukuran temperatur dalam derajat Fahrenheit titik nolnya pada 32, sedangkan dalam derajat Celcius titik nolnya pada 0. Andaikan bahwa empat benda A, B, C, dan D secara berturut-turut diberi nilai (score) 20, 30, 60, dan 70, melalui pengukuran menggunakan skala interval. Karena yang digunakan adalah skala interval, maka dapat dikatakan bahwa beda/selisih antara 20 dan 30 sama dengan beda/selisih 60 dan 70. Dengan demikian, jarak yang sama antara anggota-anggota masing-masing masing-masing pasangan nilai itu menunjukkan beda yang sama dalam hal kadar ciri atau sifat yang diukur. Namun, skala interval tidak menjadikan perbandingan/rasio antara dua buah nilai. Sebagai contoh, si A mendapat nilai ujian 40 dan si B mendapat nilai ujian 80, ini tidak berarti bahwa nilai/ciri/sifat yang dimiliki (kepintaran) si B dua kali lipat yang dimiliki si A.

Skala Ratio
Skala Ratio ini lebih tinggi daripada skala interval. Pada skala ratio, antara masing masing pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio. Pengukuranpengukuran dengan skala rasio yang sudah sering digunakan, yakni pengukuran tinggi dan pengukuran berat. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang beratnya 90 kg memiliki kelebihan berat 45 kg dibanding yang beratnya 45 kg, sebagaimana yang digunakan pada skala interval. Dengan skala ratio, dapat dikatakan bahwa orang yang beratnya 90 kg mempunyai berat dua kali lipat daripada orang yang beratnya 45 kg.


Banyak teknik analisis statistika yang dibedakan berdasarkan tipe skala pengukuran data, misalnya dikenal istilah analisis data kategorik (categorical data analysis) untuk menunjukkan bahwa analisis-analisis yang dibahas dalam cabang ini hanya berlaku untuk tipe data kategorik (nominal) atau paling tinggi ordinal. Contoh lain, analisis peringkat ( rank analysis) dalam cabang Statistika Nonparametrik hanya cocok diterapkan pada data-data bertipe ordinal atau yang lebih rendah (nominal) namun jika diterapkan pada data yang diukur pada skala interval atau rasio maka kuasa ujinya ( test power) akan lebih rendah dibandingkan kalau digunakan analisis yang memang didesain untuk tipe data metrik.

Begitu juga dalam analisis multivariat, ada beberapa teknik analisis yang mensyaratkan data diukur pada skala metrik, misalnya analisis faktor, analisis klaster dan analisis diskriminan (meskipun dalam perkembangannya para statistisi mampu menciptakan beragam teknik "derivatif" dari analisis2 ini yang mampu mengakomodasi data2 nonmetrik). Dalam kondisi seperti ini, jika data yang dimiliki hanyalah data nonmetrik, akan lebih baik jika digunakan teknik analisis multivariat nonparametrik. Namun penerapan teknik seperti ini mengandung beberapa kesulitan :

  • Rumusan matematis analisis lebih kompleks karena biasanya bersifat bebas distribusi
  • Literatur yang membahas masih sangat jarang dan masih sedikit software yang mampu mengakomodasi teknik-teknik seperti ini
  • Penerapan praktis dengan hasil yang memuaskan cenderung mensyaratkan kondisi-kondisi yang sulit dipenuhi, seperti ukuran sampel yang lebih besar dibandingkan jika digunakan teknik parametrik

Ada beberapa analisis statistika multivariat yang mensyaratkan data yang dianalisis diukur pada skala metrik (interval atau rasio), di antaranya analsis klaster dan analisis diskriminan. Dalam kondisi di mana data yang dimiliki hanyalah data berskala ordinal, diperlukan suatu transformasi yang dapat mengubah skor-skor data pada variabel yang terlibat (berskala ordinal) menjadi data metrik. Dalam Psikometrika, metode transformasi seperti ini dinamakan metode penskalaan ( scaling technique). Metode penskalaan yang populer di antaranya metode rating dijumlahkan (summated rating) & juga metode yg mirip dengannya, metode interval berurutan (succesive interval). namun kebanyakan teknik2 ini mengasumsikan data populasi berdistribusi normal. Untuk teknik perhitungannya,bisa Anda dapatkan di buku2 metode penelitian,teori pengukuran atau Psikometrika.

Dalam SEM, kalau data kita diukur dalam skala nonmetrik,ada 2 pilihan yang bisa diambil :

Melakukan penskalaan terlebih dahulu terhadap raw data sehingga data bisa "dianggap" berskala metrik

Tetap menggunakan raw data yg ada namun digunakan metode estimasi bebas distribusi (ADF/WLS). Slh 1 pendekatan yg populer di antaranya adalah underlying variable approach berdasarkan korelasi polychoric (asumsi : data populasi yg direpresentasikan oleh raw data yg berskala likert/ordinal berdistribusi normal,jadi raw data yg likert -distribusinya diskrit- hanyalah representasi/simplifikasi dr real data yg sebenarnya berdistribusi kontinu,dlm hal ini normal). Namun -sekali lagi- slh 1 kelemahan utama metode ini adalah diperlukan jumlah data yg banyak (dibandingkan jika digunakan metode estimasi MLE misalnya) agar hasil analisisnya reliabel & stabil.


Sumber :
http://harapanbaru-ummat.blogspot.com/2008/12/skala-pengukuran.html
http://fgimansantoso.wimamadiun.com/materi/statnonparBAB%201%202%20Skala%20Pengukuran%20Data.pdf

Legend editor merupakan suatu fungsi yang digunakan untuk menandai State (wilayah) dalam suatu negara(kawasan). Misalnya untuk menentukan banyaknya populasi pada suatu kota, menentukan perbandingan populasi wanita dan pria atau tinggi rendahnya tingkat kejahatan di suatu wilayah.Tampilan data spasial diubah dengan menggunakan aturan-aturan yang telah lazim digunakan dalam membuat simbol pada peta, misalnya unsur jalan ditampilkan dengan warna merah, unsur hidrografi ditampilkan dengan warna biru.


Macam-macam legend type:
1. Single s
ymbol
Digunakan untuk menandai sebuah negara, wilayah, dll.



2.Graduate Color
Digunakan untuk membedakan klasifikasi Populasi, jenis kelamin, umur, dll. Simbol Graduated Color terdiri dari bermacam-macam warna.


3.Unique Value
Unique Value digunakan untuk memberikan simbol pada value-value yang unik yang akan ditampilkan pada peta. Unique Value menggunakan warna untuk membedakan jenis-jenis value pada peta tersebut.


4.Dot
Digunakan untuk memberikan gambaran pada peta untuk klasifikasi-klasifikasi tertentu dengan simbol dan background warna yang dapat kita tentukan. Dengan opsi "Density" dan "Normalize by" pada Dot, kita dapat menentukan klasifikasi yang akan kita tampilkan. Seperti populasi, jenis kelamin dan juga dapat kita khususkan penyeleksian untuk menampilkan simbol apa saja pada peta.


5.Chart
Digunakan untuk membedakan banyak tidaknya populasi pada masing-masing wilayah. Chart dapat digunakan sebagai pembeda parameter lainnya, seperti banyak tidaknya penduduk wanita atau penduduk berdasarkan warna kulit dan sebagainya.




A. Proyeksi Peta

Secara khusus pengertian dari proyeksi peta ( proses adalah cara memindahkan sistem paralelgarislintang) dan meridian (garis bujur) berbentuk bola (Globe) ke bidang datar (peta). Hasilpemindahan dari globe ke bidang datar ini akan menjadi peta.Pemindahan dari globe kebidangdatar harus diusahakan akurat. Agar kesalahan diperkecil sampai tidak ada kesalahan maka pemindahan harus memperhatikan syarat-syarat di bawah ini:
  • Bentuk-bentuk di permukaan bumi tidak mengalami perubahan (harus tetap), persis seperti pada gambar peta di globe bumi.
  • Luas permukaan yang diubah harus tetap.
  • Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan bumi yang diubah harus tetap.
Di dalam proses pembuatan peta untuk dapat memenuhi ketiga syarat di atas sekaligus adalah suatu hal yang tidak mungkin. Bahkan untuk dapat memenuhi satu syarat saja untuk seluruh bola dunia juga merupakan hal yang tidak mungkin, yang bisa dipenuhi hanyalah satu saja dari syarat-syarat di atas dan ini hanya untuk sebagian kecil dari muka bumi.
Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar harus dilakukan kompromi ketiga syarat di atas. Akibat dari kompromi itu maka lahir bermacam jenis proyeksi peta.
Proyeksi berdasarkan bidang asal:
  1. Bidang datar (zenithal)
  2. Kerucut (conical)
  3. Silinder/Tabung (cylindrical)
  4. Gubahan (arbitrarry)
Jenis proyeksi no.1 sampai no.3 merupakan proyeksi murni, tetapi proyeksi yang dipergunakan untuk menggambarkan peta yang kita jumpai sehari-hari tidak ada yang menggunakan proyeksi murni di atas, melainkan merupakan proyeksi atau rangka peta yang diperoleh melaui perhitungan (proyeksi gubahan).

Contoh proyeksi gubahan :
  • Proyeksi Bonne sama luas
  • Proyeksi Sinusoidal
  • Proyeksi Lambert
  • Proyeksi Mercator
  • Proyeksi Mollweide
  • Proyeksi Gall
  • Proyeksi Polyeder
  • Proyeksi Homolografik
Kapan masing-masing proyeksi itu dipakai ?
1. Seluruh Dunia
  • Dalam dua belahan bumi dipakai Proyeksi Zenithal kutub
  • Peta-peta statistik (penyebaran penduduk, hasil pertanian) pakai Mollweide
  • Arus laut, iklim pakai Mollweide atau Gall
  • Navigasi dengan arah kompas tetap, hanya Mercator
2. Daerah Kutub
  • Proyeksi Lambert
  • Proyeksi Zenithal sama jarak
3. Daerah Belahan Bumi Selatan
  • Sinusoidal
  • Lambert
  • Bonne
4. Untuk Daerah yang lebar ke samping tidak jauh dari Khatulistiwa
  • Pilih satu dari jenis proyeksi kerucut.
  • Proyeksi apapun sebenarnya dapat dipakai
Untuk daerah yang membujur Utara-Selatan tidak jauh dari Khatulistiwa pilih Lambert atau Bonne.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam membuat peta kita hanya dapat menggambar beberapa bagian permukaan bumi. Untuk dapat membuat peta yang meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan bumi. Untuk dapat membuat peta yang meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan bumi kita harus mengadakan kompromi antara ketiga syarat di atas. Sebagian dampak kompromi tersebut, keluarlah bermacam-macam jenis proyeksi peta. Masing-masing proyeksi mempunyai kelebihan dan kelemahan sesuai dengan tujuan peta dan bagian mukabumi yang digambarkan.
Bila diminta untuk memetakan seluruh permukaan bumi, maka Kita dituntut harus tepat dalam memilih proyeksi yang digunakan. Pemilihan proyeksi tergantung pada bentuk, luas dan letak daerah yang dipetakan, ciri-ciri tertentu/ciri asli yang akan dipertahankan.

Perhatikan gambar berikut ini!


Pada gambar 03.3 kita dapat melihat perubahan bentuk dari segi empat pada globe:
Berubah menjadi:
Akibatnya dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini.



Pada gambar 03.4 bagian tengah globe yaitu daerah sekitar garis khatulistiwa sedikit mengalami distorsi (penyimpangan) sedangkan daerah kutub mengalami distorsi yaitu menjadi lebih besar.

Proyeksi ini cocok untuk mempertahankan bentuk sekitar khatulistiwa.



Titik singgung antara permukaan bola bumi dan bidang datar dapat terletak pada kutub, ekuator atau antara kutub dan ekuator.

Misalnya Anda akan memproyeksikan garis-garis meridian dan garis-garis lintang. Jika titik singgung antara bidang datar dan permukaan bola bumi terletak di kutub utara, setelah diproyeksikan garis lintang akan taampak sebagai lingkaran konsentris yang mengelilingi kutub. Garis meridian akan tampak sebagai garis lurus yang berpusat di kutub dengan sudut yang sama.

Perhatikan gambar berikut ini!


Pada gambar 03.6 Anda dapat melihat perubahan bentuk pada garis lingkaran terluar. Garis tersebut lebih besar dari garis di globe. Jadi paling banyak mengalami distorsi. Pada bagian kutub relatif tidak mengalami perubahan atau distorsi, jadi hampir mendekati kesesuaian. Proyeksi ini cocok untuk mempertahankan bentuk sekitar kutub.

B. Satuan Koordinat
Koordinat adalah pernyataan besaran geometrik yang menentukan posisi satu titik dengan mengukur besar vektor terhadap satu Posisi Acuan yang telah didefinisikan.
Posisi acuan dapat ditetapkan dengan asumsi atau ditetapkan dengan suatu kesepakatan matematis yang diakui secara universal dan baku. Jika penetapan titik acuan tersebut secara asumsi, maka sistim koordinat tersebut bersifat Lokal atau disebut Koordinat Lokal dan jika ditetapkan sebagai kesepakatan berdasar matematis maka koordinat itu disebut koordinat yang mempunyai sistim kesepakatan dasar matematisnya.
Koordinat Geografi pada Proyeksi UTM adalah salah satu transformasi geografi yang mempunyai referensi Posisi Acuan dan arah yang sama yaitu Titik Pusat Proyeksi untuk posisi dan arah utara Grid di Meridian Pusat sebagai arah acuan. Permasalahan yang timbul adalah :
  • SATUAN (unit) . Besaran Pada Koordinat Geografi dinyatakan dalam besaran sudut (derajat), besaran pada Koordinat UTM dinyatakan besaran panjang (meter).
  • Bidang persamaan, pada Koordinat geografi dinyatakan sebagai permukaan Elipsoid, sedang bidang persamaan UTM merupakan bidang datar.
Jadi hubungan antara koordinat geografi dan UTM adalah :

ON = Origin North = 10,000,000 m
G = Panjang busur Meridian
ko =0.9996
OE = Origin East = 500,000 m
p = Panjang busur Paralel
Kor = Koreksi akibat perubahan bentuk 3 D garis lengkung ke 2D.
Garis Meridian : Garis lengkung melingkar dipermukaan Elipsoid dan melewati 2 kutub
Garis Paralel : Lingkaran melintang dipermukaan Elipsoid dari Kutub U ke S sejajar Equator.

Kesimpulan Dihubungkan Dengan Konsep GIS

Karena Sistem Informasi Geografi (GIS) merupakan metoda sajian terpadu, maka semua data masukan spasial maupun tabular harus berupa data terpadu. Artinya, kesatuan Sistim Koordinat untuk data spasial, kesatuan ID untuk data tabular, kesatuan dalam me-manage data untuk sasaran informasi tersebut agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Fungsi Sistim Proyeksi dan transformasi sangat memegang peranan sangat penting.

Hal lain yang perlu diingat bahwa konsep GIS memanfaatkan pula jaringan data antar Pusat dengan Daerah, antar Instansi yang bersifat Nasional , yang sangat berguna untuk analisis terhadap suatu dampak dari perubahan data yang masuk dalam cakupan yang lebih luas. Jadi kesatuan dalam Sistim Koordinat adalah mutlak dalam konsep GIS.



Sumber:
http://gis-tutorial.blogspot.com
www.geografiana.com
organisasi.org
www.geocities.com
www.dephut.go.id
http://gis.esri.com
http://rose-bloggku.blogspot.com/2008/09/proyeksi-peta-satuan-koordinat-dan.html

Untuk melakukan penangkapan citra NOAA tentunya digunakan piranti lunak yang lain seperti piranti lunak NOAA Capture.

Untuk memulai menggunakan piranti lunak NOAA, dapat dilakukan dengan hal seperti biasanya yaitu dengan mengklik tombol Start lalu pilih Programs dan pilih NOAA. Pada menu NOAA ini mempunyai beberapa pilihan sub-menu yang salah satunya adalah orbit plan . Menu orbit plan adalah menu yang berfungsi dalam melaksanakan rencana penangkapan data satelit NOAA yang melintas pada suatu area. Rencana penangkapan data satelit ini bisa dilakukan sampai beberapa hari kedepan dan rencana penagkapan tersebut akan tersimpan pada menu orbit plan.


Gambar 1. Tampilan menu orbit plan


Menu orbit plan terdiri dari beberapa sub-menu seperti Orbit, region, view dan Help. Pada sub-menu orbit dapat dilakukan rencana penagkapan yang pertama (first), rencana penangkapan selanjutnya (next) atau rencana penangkapan sebelumnya (previous) dan menyimpan rencana penagkapan (save).

Sub-menu region adalah untuk menentukan luasan area yang akan dipantau, batasan area pantauan digambarkan dengan dua garis kuning diantara sedangkan luasan area yang dapat dipantau digambarkan dengan kotak yang berwarna merah seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Untuk memperbesar area pemantauan bisa dilakukan dengan menekan tuts pada keyboard seperti Ctrl + X (untuk memperbesar area kearah horizontal atau sumbu X) dan Ctrl + Y (untuk memperbesar area kearah vertikal atau sumbu Y).

Sub-menu view adalah sub-menu yang menampilkan informasi tentang data satelit tersebut, sedangkan sub-menu help adalah sub-menu yang menampilkan informasi yang berkaitan dengan orbit plan. Pada menu help terdapat sub-menu yang digunakan untuk melihat umur dari data orbit satelit yang digunakan. Umur dari data satelit yang digunakan akan berpengaruh pada
citra yang akan ditangkap, semakin baru data orbit yang digunakan akan memberikan hasil yang baik sehingga akan lebih memudahkan dalam geokoreksi citra atau memudahkan proses Map move. Umur dari data orbit satelit yang direkomendasikan adalah kurang dari 14 hari atau sebelum dua minggu.

Data orbit satelit atau dikenal dengan Two Line Element (TLE) dapat diperoleh secara bebas dengan mengakses pada alamat situs internet. Adapun alamat untuk mendapatkan data tersebut adalah sebagai berikut: http://celestrak.com/NORAD/elements/NOAA.txt

Fungsi dari menu orbit review adalah untuk melihat ulang rencana penangkapan data satelit yang telah tersimpan. Menu orbit review juga mempunyai fasilitas untuk menghapus rencana penangkapan data citra satelit. Menu orbit review seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.

Menu orbit Review terdiri dari beberapa sub-menu seperti review, aerial, view dan help. Pada sub-menu review bisa digunakan untuk melihat hasil rencana penangkapan data citra satelit yang telah tersimpan dalam program orbit plan (Planned orbit), untuk melihat hasil data citra yang telah berhasil di tangkap (Successful Capture) sedangkan untuk melihat hasil data yang gagal ditangkap dengan menggunakan Failed Capture. Untuk mengaktikan ketiga sub-menu ini bisa dilakukan dengan mengklik tombol yang berada di bawah menu review atau dengan menggunakan tuts pada keyboard seperti untuk melihat planned orbit (Ctrl+P), untuk melihat Succselfull Orbit (Ctrl+S) sedangkan untuk melihat Failed orbit (Ctrl+F).


Gambar 2.Tampilan menu Orbit Review

Sub-menu aerial adalah untuk melihat arah pergerakan antena sesuai dengan arah pada saat satelit melitas. Untuk dapat mengaktifkan sub-menu ini bisa dilakukan dengan mengklik tombol yang berada dibawah sub-menu aerial seperti pada gambar 2 atau dengan mengklik pada menu aerial.

Sub-menu view adalah sub-menu yang menampilkan informasi tentang data satelit tersebut, sedangkan sub-menu help adalah sub-menu yang menampilkan informasi yang berkaitan dengan orbit review.

Untuk memulai memperbaharui data orbit satelit dapat dilakukan dengan mengakses data melalui situs internet pada alamat seperti yang telah disinggung diatas. Apabila data orbit telah didapatkan, maka langkah selajutnya adalah dengan mengklik Start lalu pilih Programs dan pilih NOAA Utilities dan arahkan pada Tlupdate. Setelah Tlupdate aktif, maka pilih pada direktori mana data tle tersebut tersimpan (akan lebih memudahkan operator, apabila data orbit satelit diletakkan pada satu sumber atau satu direktori atau bisa juga dengan menyimpan data tle tersebut pada disket). Kemudian pilih nama satelit yang akan diperbaharui (NOAA12, NOAA14, NOAA15, dan NOAA16) secara satu persatu lalu klik update. Apabila semua nama satelit telah di
update maka klik OK untuk mengakhirinya.

Fungsi dari menu kalibrasi ini adalah untuk menentukan letak antena pada posisi yang benar pada elevasi maupun azimuthnya. Letak posisi ini akan berpengaruh pada penangkapan citra, apabila posisi antena tidak berada pada posisi yang tepat maka sinyal dari satelit akan sulit ditangkap dan hal ini akan mengakibatkan data citra satelit tidak berhasil didapatkan atau gagal ditangkap. Beberapa menu calibration adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Tampilan menu Calibration

Untuk menentukan posisi antena agar berada pada posisi elevasi yang tepat maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu elevasi akan mengalami masalah apabila nilai yang digunakan kurang dari 5°, hal ini akan mengakibatkan adanya sinyal yang buruk. Sebaiknya nilai elevasi agar tidak menggunakan nilai diatas 170° karena akan berpengaruh pada piranti lunak yang berfungsi sebagai penggerak motor antenna yang menyebabkan kerusakan. Posisi nilai elavasi untuk 90° sebaiknya menggunakan nilai 2048 yang merupakan nilai tengah dari kisaran nilai untuk elevasi (0-4095). Hal ini seperti ditunjukkan pada gambar 4. Sedangkan untuk menentukan posisi azimuth, hal yang harus di perhatikan adalah nilai untuk east sebaiknya digunakan nilai 2048 yang merupakan nilai tengah dari kisaran nilai untuk azimuth (0-4095). Hal ini seperti yang ditunjukkan pada gambar 4 baris kedua.


Gambar 4.Tampilan elevation dan Azimuth pada menu Calibratiom

Sumber :
http://www.fire.uni-freiburg.de/se_asia/projects/ffpcp/FFPCP-19-Prosedur-standar-operasional-NOAA.pdf

Tujuan saya mengambil mata kuliah Geografic Information System (GIS) adalah
  • mengetahui pengertian Geografic Information System (GIS)
  • mengetahui kenapa GIS sangat dibutuhkan sekarang ini
  • ingin membuat aplikasi GIS yang berhubungan dibidang transportasi dan perhubungan

About Me

My photo
One of the hardest things in life is having words in you that you can't say out loud... It hurts when you have someone in your hearth, but you can't have then in your arms

About this blog

Powered By Blogger

Followers